Saturday 20 September 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #1

No comments:
 




NAMA           : TONY WIDJAJA
UMUR            : 45 TAHUN
STATUS         : BERKELUARGA
            DOMISILI       : JAKARTA BARAT
PEKERJAAN : WIRAUSAHA


“kalo saya punya pilihan saya lebih suka ke open public spaces ya. Karena disana kita gausah keluar duit. Kita bisa tetep santai dengan keluarga, kita bisa nikmati kebersamaan dengan keluarga. Tapi sekarang kita ga punya pilihan ya pasti mall lagi mall lagi”





       


       Setiap orang pasti menjalani aktivitas sehari-hari. Aktivitas yang dilakukan bisa berupa sebuah kewajiban, seperti bekerja dan belajar, ataupun berupa hak seperti menonton TV, berbelanja, memasak, berolah-raga, dan lain sebagainya. Keduanya perlu keseimbangan. Disaat kewajiban dilakukan, maka perlu diselingi dengan kegiatan-kegiatan yang menghibur diri pada saat waktu-waktu luang yang dimiliki. Tujuannya adalah agar seseorang tidak merasakan beban yang berlebihan pada pikirannya, tidak perduli dimana ia tinggal, apa status sosialnya, single ataupun berkeluarga. Namun, terkadang memang cara mereka menghabiskan waktu luang yang berbeda-beda.

Tony Wijaya misalnya, ia seorang kepala keluarga yang tinggal di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Ia mengaku bahwa waktu luang penting baginya, “penting dong, iyalah, untuk refreshing sama kebersamaan sama keluarga”, menghabiskan waktu bersama keluarga merupakan salah satu caranya untuk menghabiskan waktu luang. Namun, bila ada waktu luang yang lebih panjang, seperti weekend, dibanding hanya berkumpul dengan keluarga di rumah, ia lebih memilih untuk mengajak keluarganya berjalan-jalan. Tempat yang sering dikunjunginya bersama keluarga saat weekend adalah mall, walaupun dirinya sendiri merasa tidak ada yang dicarinya ketika di mall, “NOTHING!” “terpaksa karena family man”.

Bila mendengar dari ceritanya, lelaki berumur 45 tahun ini bersama istri dan anak-anaknya hampir setiap minggu mengunjungi mall yang berbeda di kawasan Jakarta Barat, Pusat, ataupun Selatan. Sebenarnya ia sendiri kurang memahami mengapa mengunjungi mall yang berbeda-beda setiap minggunya, “ you better ask my wife” “dia shopping kita ngopi”. Baginya, yang penting adalah kebersamaan bersama keluarga, jarak jauh dan jalanan macat bukanlah penghalang baginya “kalo ga macet bukan Jakarta namanya”. Dalam kunjungannya ke mall, ia bersama keluarga bisa menghabiskan waktu minimal empat jam, “sampe duitnya abis” “ya minimum 4 jam”.

Sejujurnya, mall bukanlah tempat favorit baginya untuk meluangkan waktu. Walaupun ia seorang wirausaha di bidang saham, yang tidak keberatan mengeluarkan uangnya untuk dapat memenuhi waktu luang bersama keluarga, seperti ke mall, namun sama halnya seperti kebanyakan orang, ia prefer untuk tidak terlalu banyak mengeluarkan uang bila memungkinkan. Oleh sebab itu, iya lebih senang bila bisa menghabiskan waktu luang di open-public spaces, “kalo saya punya pilihan saya lebih suka ke open public spaces ya. Karena disana kita gausah keluar duit. Kita bisa tetep santai dengan keluarga, kita bisa nikmati kebersamaan dengan keluarga. Tapi sekarang kita ga punya pilihan, ya pasti mall lagi mall lagi”. Sebagai seseorang yang pernah berdomisili di luar negri, ia mengharapkan Indonesia, khususnya Jakarta, dimana ia tinggal, bisa lebih mengoptimalkan open-public spaces yang ada, misalnya seperti taman atau pantai. “Di Australi atau di Singapur taman can be just lapangan ijo tapi orang tetep betah aja duduk-duduk”, yang terpenting baginya taman ataupun open-public spaces lainnya tidaklah perlu terlalu banyak isi, yang terpenting adalah kebersihan, kerapihan, kenyamanan, juga keamanan. Yang selama ini membuatnya tidak nyaman untuk datang ke taman adalah aksesnya yang ia rasa kurang memadahi dan masalah kebersihan yang masih sangat kurang di perhatikan, “tempat parkir blm ada”, “setiap ada tempat wisata pasti ada warung supermie” “sampahnya”.

Hal-hal seperti ini sangat disayangkan, padahal orang-orang seperti Tony Wijaya ini sangat mengharapkan open-public spaces yang dibuat oleh pemerintah ini bisa lebih dijaga kebersihannya. Ia merasa, dengan adanya taman, pantai, atau ruang terbuka lainnya yang tertata rapi dan memberikan kenyamanan, dapat membuat kita, orang-orang Indonesia khususnya Jakarta, bisa  berinteraksi secara sosial “penduduk Indonesia tidak berinteraksi secara sosial” “secara alamiah mereka terbagi antara the have and the have not.” “sekarang kan kebanyakan yang punya selalu ke mall, yang ga punya selalu di bantaran kali di taman-taman, tapi kalo public area itu udah dibuka, dibikin kenyamanannya, keindahannya, kebersihannya, kerapiannya, pasti dengan sendirinya gep itu akan berkurang”.


Mungkin hal ini bisa menjadi catatan bagi pemerintah untuk mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat Indonesia. Selama ini, perkiraan kita bahwa kalangan ‘the have’ tidak mau datang ke open-public area karena tidak mau bergaul atau bersosialisasi ternyata tidak sepenuhnya benar, Tony Wijaya bisa menjadi salah satu bukti nyatanya,” saya  ga pernah ada permasalahan dengan gep itu”. 







No comments:

Post a Comment

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff